Kamis, 30 Januari 2014

Kisah Dua Gadis yang Berbeda

Kisah Dua Gadis yang Berbeda

Oleh Winda Novia Hapsari


Diantara keramaian kota, terlihat gadis remaja yang sedang menikmati pertunjukkan sulap. Gadis itu terlihat tertawa dengan sangat bahagia. Gadis ini berasal dari keluarga yang kurang berada, namun karena kegigihannya dan semangatnya dia dapat bersekolah sampai sekarang. Selain itu, gadis ini lumpuh, karena kecelakaan waktu silang. Namun gadis ini tidak pernah putus asa untuk meraih mimpinya menjadi seorang penulis novel. Ya tepat sekali, gadis ini memang senang menulis. Gadis lumpuh ini bernama Keke, yang sekarang duduk di kelas1 SMA.

Pagi-pagi gadis ini dengan semangat berangkat ke sekolah, karena dekat dia hanya cukup berjalan dengan tongkatnya itu yang dapat membantunya. Dia adalah salah satu gadis yang sangat berprestasi di sekolahnya. Hal ini yang membuat teman-teman sekolahnya iri pada gadis ini. Banyak teman yang tidak menyukainya, karena dia cacat yang membuat enggan temannya untuk berteman dengannya. Bel sekolahpun berbunyi, Keke bergegas untuk memasuki ruang kelasnya tersebut.

“Heh, Keke sini deh!!” Perintah Alecia.
“Iya Al, kenapa??” Tanya Keke.
“Gua mau minta tolong, bantu donkk??” Tawar Alecia.
“Iya, bantu apa ya??” Tanya Keke.
“Kerjain PR gua donk??” Paksa Alecia.
“Gimana yaa, ntar kalo Bu Esti (wali kelas) tau gimana??”
“Udah ngga usah banyak omong, buruan!!!” Paksa Alecia tak sabar.
“Iya-iya Al aku kerjain
J” Jawab Keke mengiakan.

Tak lama kemudian Bu Esti memasuki kelas mereka. Bu Esti selalu menanyakan PR jika ada PR. Jika ada siswa yang tidak mengerjakan pasti dihukum. Saat pelajaran berlangsung, Bu Esti menunjuk Alecia untuk mengerjakan salah satu soal dari PR itu. Jika saat pelajaran Bu Esti, siswa tidak diperbolehkan membawa buku saat mengerjakan didepan.

“Alecia???” Panggil Bu Esti.
“Iya bu, ada apa?” Jawab Alecia.
“Kerjakan soal nomor1, segera.” Pinta Bu Esti.
“Kapan bu? Sekarangkah??” Tanya Alecia.
“Lhayaiya donk. Masak tahun depan..” Kata Bu Esti.
“Iya-iya bu.” Jawab Alecia dengan wajah ketakutan.
“Kenapa Al?? Ada masalah?? Atau kamu tidak mengerjakan tugas??” Tanya Bu Esti.
“Ah ibu ini?? Meledek ya?? Aku kerjain kok bu, ini buktinya..” Jawab Alecia.”
“Makanya buruan.” Perintah Bu Esti.

Tik..tik..tik..
Sudah 2menit Alecia didepan papan tulis, namun dia belum menitikkan sedikitpun spidol yang dipegangnya. Alecia terlihat sangat gugup dan malu.
“Kenapa hanya diam Al??” Tanya Bu Esti.
“Iya maaf bu.” Jawab Alecia.
“Kau ini bagaimana sih?? PR sudah kamu kerjakan dengan benar, menjawab soal semudah ini kamu tidak bisa. Apa kamu tidak mengerjakan sendiri??” Tanya Bu Esti.
“Sebenarnya.. eee gimana ya bu..,,,” Jawab Alecia gugup.
“Sudah, tidak perlu jawab. Kamu ini anak orang berada, apalagi mamah kamu adalah teman ibu sendiri. Kasian loh ibu kamu, nak?? Coba contoh Keke, dengan keadaan seperti itu dia masih bisa belajar sambil membantu ibunya. Ibu saja kagum sama Keke.” Kata Bu Esti.
“Kog jadi belain Keke sih bu?? Iya aku tau dia pinter banget disekolah ini, tapi jangan gitu juga donk bu??” Saut Alecia.
“Bukan begitu Al, masak kamu nggak ngerti yang ibu maksud sih??” Kata Bu Esti.
“Tauk ah bu.” Jawab Alecia.
“Udah sana kembali ketempat dudukmu.” Perintah Bu Esti.

Karena Alecia kesal, dan merasa dipermalukan didepan kelas. Dia juga merasa tidak suka jika dibanding-bandingkan dengan Keke. Saat jam hampir menunjukkan pukul 13.00 menandakan pulang sekolah, dengan sengaja Alecia mengambil tongkat Keke, dan menyembunyikannya. Kekepun kebingungan karena tidak bisa pulang sekolah. Sampai pak penjaga sekolah menghampiri memasuki kelas untuk mengecek.

“Loh nak apa yang kamu lakukan disini, kenapa ndak pulang-pulang?? Ujar pak penjaga.
“Tongkatku hilang pak, aku nggak bisa pulang.” Jawab Keke.
“Kok bisa nak?? Hilang kemana??” Tanya pak penjaga.
“Emm... aku nggak tau pak.” Jawab Keke dengan bohong, karena ia tidak ingin memberi taunya. Karena Keke tidak ingin membuat Alecia semakin membencinya dan masuk ke ruang BP gara-gara masalah kecil.
“Kog gitu. Rumahmu mana nak?” Tanya pak penjaga.
“Deket pak, nggak jauh dari sini.” Jawab Keke.
“Gimana kalo bapak anterin aja, gimana nak??” Tawar pak penjaga.
“Boleh-boleh pak, nggak ngrepotin kan??” Jawab Keke dengan senang.
“Enggak lah nak. Tapi tunggu bapak dulu ya??” Ujar pak penjaga.
“Siappp pak.” Jawab Keke.

Keesokan harinya Keke berangkat sekolah, tidak sengaja dia melihat Alecia mneyeberangi jalan membeli buah. Keke melihat ada truk, dengan berani Keke melepas tongkatnya dan membantu Alecia menghindar dari truk itu. Kekepun mendorong Alecia. Beruntung Keke ikut tertarik tangan Alecia, sehingga Keke ikut jatuh bersama Alecia di tepi jalan. Merekapun selamat. Akibat kejadian itu Keke bisa kembali berjalan tanpa  menggunakan tongkat lagi. Alecia pun meminta maaf sama Keke, karena sudah rela membantunya.

“Thanks ya, Ke.” Ujar Alecia.
“Sama-sama, Al. Lain kali hati-hati ya??” Pinta Keke.
“Pasti ke, oiya aku minta maaf ya udah jahat banget sama kamu. Aku nyesel banget,” Kata Alecia.
“Aku pasti maafin kamu kok.” Jawab Keke.
“Kamu baik pakek banget, cantik lagi. Kita temenan yakk??” Ajak Alecia.
“Kita kan emang temenan udah lama, Al. Kita kan nggak musuhan, ya kan??” Tanya Keke.
“Iya juga sih Ke, aku yang selalu musuhin kamu. Sekali lagi sorry ya, Ke??” Jawab Alecia.
“Haahaaa.. nggak apa-apa Al, santai aja kalihh.” Kata Keke.
“Okkee kita sahabatan.” Jawab Alecia.

Dengan kejadian itu, mereka berteman bahkan bersahabat. Dan sekarang Alecia pun sadar akan perlakuannya terhadap Keke itu.


Okke sob, itu tadi cerita dari aku.

TERIMA KASIH